Thursday, April 29, 2004

Bungaku Rumput Liar
sajak syam asinar radjam

Kalau senja mengetuk pintu hari. Dengar bungaku bersendawa. Matahari tertawa bersamanya sedari pagi. Mengenyangkan, katanya.

Kalau matahari hendak pergi, aku membalurkan air putih hingga segar sampai akarnya. Bungaku bersendawa lagi. Besok aku minta matahari lagi, katanya.

Kalau ada bintang, satu, dua, atau banyak sekalian, bungaku malu-malu membersihkan debu dan keping-keping yang layu. Besok aku berikan kuntum yang paling semerbak kepada pagi katanya.

Kalau dia hendak tidur, bungaku itu berdoa. Tuhan, katanya, Jangan ada yang memindahkannya ke vas bunga.

Kalau sudah begitu, biasanya aku mengecupnya. Kamu sudah di tamanku, bungaku rumput liar. Mmmwaah,...
No Where To Run, Hua ha ha
Sajak Syam Asinar Radjam

: bungarumputliar

Hari ini kau mendapati satu paket pos
besar seperti lemari
gembira, menebak-nebak, kau buka
"Ah, kau rupanya," Katamu kecewa
Aku di dalamnya, bukan sebuah boneka beruang
Kau berlari mengejar bis surat tepi pagar
; mencari obat penenang?
Ha ha, aku mengintipmu menujuku
aku di dalam amplop dalam bis surat, sayang.

(Ponpes At-Ta'ibin, 28 pagi april 2004)

Tuesday, April 27, 2004

Prasasti (1)
: sejarah

Di hatimu (hatiku) prasasti.
Kenangan terukir.
Jelas.
Pada batu.
Keras!

Lantas hujan melentik pias-pias merencanakan penghiatan bersama waktu. Kita gempur saja!

(BuRuLi, LeBul: 26 April 2004)


Prasasti (2)
: sejarah

Katamu sejarah adalah keniscayaan. Barangkali. Demikian adanya!.
Glek! Hiks!
Pernah sejarah kujadikan cerita sebelum tidur.
Benar.
Aku mimpi ular!

Hiya!!

(BuRuLi, LeBul: 26.04.2004)


Prasasti (3)
: sejarah

Boleh aku letakkan disini?

Kau menunjuk. Sebuah titik. Kecil saja.
Itu apa?
Laci! Jawabmu.

O.
Lantas?

Kita kunci!

(BuRuLi, LeBul: 26.04.2004)


Aku Cinta Matahari! Kata Bunga.
: Trots

Kalau siang ia matahari, kalau malam ia menjelma bintang. Begitulah! Di taman ia juga kupu-kupu. Di telingaku ia lagu-lagu. Di mataku ia cahaya. Di hatiku ia cinta!

(BuRuLi, LeBul: 26.04.2004)


Aku Cinta Kupu-kupu! Kata Bunga
: Trots

Di taman ia adalah kupu-kupu. Kemarin ia hinggap di kelopakku. Mengayun! Di putikku dibisikkannya cerita, tentang pergantian musim nan ceria!

(BuRuLi, LeBul: 26.04.2004)


Aku Cinta Musim Semi! Kata Bunga
: Trots

La la la! Aku cinta musim semi! Demikian ceria! Demikian ceria! Di musim semi matahari demikian hangat. Aku bertunas demikian pesat. Harum madu. Lebah-lebah menari.

(BuRuLi, LeBul: 26.04.2004)


Thursday, April 22, 2004

Sajak Buat Dyah
: kpd bayi-bayi

Dyah Nyiur ananda sayang
Engkau lahir di belantara rimba kehidupan
Maka dekatlah pada matahari
Agar terang selalu cahaya hati

Jangan takut, nak!
Demikian ayah dan bunda pesankan
Tak ada yang lebih indah daripada kehidupan
Meski senantiasa kau hias dengan tangisan
Biarkan saja, nak!
Itu semua rencana Tuhan
Baik-baiklah engkau pada-Nya
Buka telinga bagi firman-Nya
Ketuklah pintu setiap kau rindu
Ia selalu ada untukmu

Kau lihat itu di sana?
Itu adalah titian
Titian panjang yang akan kau lewati
Jaman membuatnya demikian licin
Maukan engkau berhati-hati?
Tergelincir itu demikian sakitnya
Dan akan menimbulkan bekas luka.
Tak usahlah, nak…
Tak usah mencoba yang sia-sia
Dahulu kami pernah kehilangan peta
Jangan kau turut jejak yang tersisa

Demikianlah pesan ayah dan bunda, nak!
Semoga tak sia-sia!

(Bunda Nyiur, LeBul: 22 April 2004)



Slurperry Cartoony Horrayy!!
: My world!

Yup Yup Yup!

I don wanna get sad anymore…Nope! Uh! Uh!
It’s time to jump and run under the shining sun
You know?
I ever cry but not today
Not now
Not anymore!
Uh! Uh!

Slurperry Cartoony Horrayy!!
I jump to you
You jump to me
Let’s jump together just you and me
Say yes! And join me!
See you on Sesame!

Spring time!
Just feel like the spring time
Or summer summer summer
Everyday are valentine
No time for winter!

Next time I’ll visit 100 Acre Wood
I’ll bring Elmo around the neighbourhood
Meet Christopher Robin And Winnie The Pooh
Piglet, Tigger Kangga and Roo
Also Owl and Eeyore Too

Let’s watch Rabbit and Oscar
They will Grouchy Happily Ever After!
Gosh! I Love my world
Being here
With you
Together!

No time for sadness
Not here
Not now
Not forever
Uh! Uh!

(BuRuLi de Pooh, LeBul: 22 April 2004)

Wednesday, April 21, 2004

Kembali Pulang Ke Taman!
: BuRuLi de Pooh

Spada!

Boleh aku main lagi? Disini? Sekarang? Hari ini?
Aku rindu pada padamu! Bangku-bangku kayu!

Satu…
Dua…
Tiga…
Hap!
Meluncuuurrr!!!!

Sudah lama aku tak merasa senang. Berlarian di luas padang. Barangkali tak seluas dirimu dulu. Tapi cukuplah bagiku.

Aku pulaaangggg!!!

Kembali berlarian dan berlompatan. Bersiul bertepuk tangan. Sampai aku lupa pada rasa kesepian.

Wuiiihhh… Kupu-kupu!
Kupu-kupu hinggap di jariku!
Wuiiihhh…Lucu!
Kupu kecil sayap ungu!

Aku, kaki kecil dan langkahku. Hatiku bernyanyi. Mataku mengkamera! Ligat merekam semuanya! Uh, senangnya!

Aku kembali! Kembali lagi!
Hei, apakah kelinci kecil itu masih tinggal disini? Di kolam tadi kulihat kura-kura. Kura-kura tua. Masih kura-kura yang sama!

(BuRuLi, LeBul: 20 April 2004)



Mari menghadiahi diri sendiri!
: piglet dan pooh

Tak perlulah kita menciumi kaca! Ha ha ha!
Cukup tepuk bahumu saja. Beri penghargaan pada pemiliknya. Good job! Well done! Kau telah berusaha dan layak mendapatkan pujian!

Hore!
Kita telah melewati hari ini dengan baik sekali. Tentu besok bisa! Dan besoknya dan besoknya juga. Lagi dan lagi dan terus begitu. Tepuk lagi bahumu tiga kali! Tap! Tap! Tap! Hebat!

Pesanlah serangkai bunga. Rangkaian kecil saja. Alamatkan ke rumah kita. Kepada yang tercinta: “Saya” Lho…Buat diri sendiri, mbak? Ya. Buat siapa lagi? Kok pesen sendiri, kirim ke rumah sendiri? Memangnya kenapa? Kalau bukan saya yang cinta kepada saya lalu siapa? Ha ha ha!

Great!
Siapa lagi yang paling peduli pada diri ini kecuali diri sendiri?

Salam sayang:
Dari aku
Kepadaku!

(BuRuLi, LeBul: 20 April 2004)



Selamat datang, Anjing!
: Didot de Mopi

Guk!
Sini. Ini tulang. Duduklah. O, kau mau roti juga? Baik.
Nih!

Guk!
Eh…
Duduk yang baik. Jangan melonjak begitu. Katanya mau makan. Duduk tenang-tenang. Yup. Salam!

Guk!
Heit! Heit! Ha ha ha… geli-geli… geli, deh kalau kau jilati begini.

Guk!
Hm…
Selamat datang, anjing! Selamat datang. Ini sekarang rumahmu. Ya. Disini. Rumah kita bersama.

Guk!
Ya… Ya…
Itu adik, itu kakak, itu papa dan itu mama!

Guk!
Adduh, Mopi! Ha ha ha.
Baik-baik sama dia, Mopi. Itu bibi. Kalau kau tak mau baik nanti bisa kurang gizi!

Guk!
Kaing… kaing… kaing…
Hiks. Yah, Mopi… kau kangen indukmu?

(BuRuLi, LeBul: 20 april 2004)


Tapi darimana datangnya kesedihan?

Tidak tau!

Tiba-tiba saja rasanya sudah begitu. Segigit semut sesuatu nyerikan hati tetapi apa?

Ya.
Apa.

Barangkali ternyata adalah aku.
Aku yang sudah sakiti kamu!

(BuRuLi, LeBul: 20 April 2004)

* Sometimes sadness just come and you can’t control it. Believe me.







Monday, April 19, 2004

Ini Akan Menjadi Sebuah Perjalanan Raya!
:Catatan Kecil BuRuLi

K i t a c a t a t i t u !

Tidaklah salah kalau para ibu dan ayah kita menjerit mendengar rencana perjalanan kita. Ini adalah sebuah petualangan besar. Jangan main-main! Kata mereka. Betapa itu benar, kawan!

Bisa kau bayangkan? Ibarat jalan raya Anyer- Panarukan yang menjengkali panjang pulau Jawa, sepanjang itulah barangkali sebuah terowongan di hadapan kita. Sekarang. Saat ini. Cahaya memang menanti di ujungnya kalau kita mau bersabar hati melintasinya perlahan-lahan. Dengan mengendarai kendaraan darat yang melaju pada kecepatan rata-rata kendaraan angkutan penumpang kita sebisa mungkin berhati-hati sebab ngebut dapat mengakibatkan kecelakaan dan akhirnya kematian.

Bukankah kita tak ingin tiba sebagai jenazah di kota tujuan, menggantungkan nasib kepada para pengusung dan berharap mereka berlapang dada menopang sekaligus mendoakan kita!

Seandainya kita adalah musafir maka kita harus berusaha menjadi para musafir cerdas yang tak gampang tertipu oleh sekedar fatamorgana oase di kejauhan. Batapa perjalanan ini akan menjadi perjalanan yang menantang sekaligus menegangkan. Sebuah petualangan yang layak diperhitungkan sebagai perbuatan bertaruh nyawa dalam kehidupan kita.

Menakutkan?
Aha. Kita mulai mencium bau ketegangan dalam wacana ini, bukan? Tapi bukan kita namanya kalau tak tergoda untuk menaklukan segala ketakutan dalam dada. Tantangan yang memompa adrenalin. Rasa ingin tahu yang membusa. Bertemu apa kita nanti dalam perjalanan keujung terowongan sana?

Barangkali saja ada ular besar sedang asik tidur nyenyak di sebelah mata kaki kita, atau ular kecil yang justru demikian berbisa dan hanya menyisakan waktu untuk menyebut nama “Mama!” setelah gigitan kecil pertamanya. Tik! Buyar segala rencana.

Tapi kita melihat cahaya di ujung sebelah sana…

Semakin menakutkan?
Ya, tapi juga semakin menarik saja. Labih-lebih ketika kita sudah mendengar tentang hamparan sebuah telaga di ujung sana tepat di bawah cahaya yang terang jingga. Energimu tiba-tiba seperti akan muncrat dari puncak kepala. Oh!

Kesimpulannya sederhana saja! Kata mereka. Pelajari ilmu navigasi! Jangan pernah malas selidiki segala hal dan segala segi. Lengkapi juga perbekalanmu!

Perbekalan!
I n i K a t a K u n c i !

Apa saja yang perlu kita sediakan?
Masalahnya adalah “permasalahan yang sebenarnya” justru baru akan dimulai setelah kita tiba di ujung terowongan yang bercahaya jingga indah itu. Tugas kita disana adalah membangun peradaban baru. Sebagai sebuah tim yang solid sudah selayaknya kita bekerjasama membuat rencana mulai dari penghitungan anggaran sampai dengan memeriksa cetak birunya. Bukan pekerjaan yang sederhana sebenarnya. Tapi bukan pula sebuah pekerjaan yang mustahil.

Siap?
Sekarang mari kita periksa segala persiapan awal kita. Alurnya adalah begini:

1. Arah perjalanan kita sudah jelas: Ujung Terowongan
2. Petunjuk perjalanan awal: Cahaya Jingga
3. Tempat pemberhentian awal disana: Tepian Telaga
4. Tujuan Perjalanan: Membangun Peradaban Baru

Hal-hal yang dibutuhkan selanjutnya adalah:

1. Biaya perjalanan : Ongkos-ongkos kendaraan dan karcis-karcis pintu masuk serta sedikit kas awal.
2. Perbekalan makanan : Makanan pokok, lauk sekedarnya dan air.
3. Perbekalan alat : Lampu, peta, kompas, survival kit dan P3K.

Nah,
Sekarang kita menjadi tahu apa yang harus kita kerjakan. Mengenai tabel waktu, bukankah sudah kita sepakati sejak awal? Maka yang diperlukan adalah disiplin agar kita tidak panik pada hari-hari menjelang keberangkatan. Deadline adalah motivasi. Membiasakan pengecekan pada persiapan masing-masing anggota tim. Sungguh ini bukan proyek kecil milik pribadi. Kita paham itu!

Ok, tim!
Mari kita berjuang! Pada hari itu kulihat engkau lumayan kepayahan. Biar kubantu sedikit dan semoga engkau tak keberatan. Barangkali esok akulah yang akan membutuhkan bantuan. Kupikir perjalanan ini akan sangatlah menyenangkan mengingat langkah kita yang selalu diiringi dengan siulan-siulan…

(BuRuLi, LeBul: 17. 04. 2004)

*Selamat berjuang, semua tim! Juga tim kita, Candy!

Thursday, April 15, 2004

Macet nih pena?
: Chan

Sret…
Krek! Krek!
Lho, kok?

Wah!
Dia kehabisan kata
Tintanya terhenti
Tinggal jantungnya yang terdengar
:
Dug!
Dug!
Dug!

(BuRuLi, RS. Cikini: 15.04.2004)
Coba Bayangkan Seandainya Engkau Adalah Perempuan Itu!
: Kartini

Ia menangis. Demikian kulihat airmatanya membening di jendela kecil wajahnya. Tak mengalir. Ya. Tak mengalir lagi. Sudah biasa, demikian katanya.

Hati adalah segumpal daging. Ada nyawa disana. Kau tak perlu pisau untuk menyakitinya. Sret! Tak usah kau bayangkan darah. Lihat saja cahaya luka pada wajah.

Jdig! Jdig! Jdig!
Ada yang memukul-mukul. Dia bilang terasa nyeri. Disini. Di dada ini. Sesuatu yang bernama impian. Jenis mahluk yang tak pernah belajar sopan. Tanpa permisi. Memaksa diri terpatri. Sialan!

Jdig! Jdig! Jdig!

Mereka telah mencuri aku!
Teriaknya.
Mereka telah mencuri aku!

(BuRuLi, LeBul: 15.04.2004)


Lalu Kenapa Engkau Menangis?
:perempuan

Kau sedih?

Tidak.
Kenapa bertanya?

Lalu?

Apanya yang lalu?

Kenapa kau terdiam?

Kenapa tidak?


Kenapa kau menangis?

K…

(BuRuLi, LeBul: 15 April 2004)

Tuesday, April 06, 2004

ARGH!!!

: Chan

Semuanya mulai berebut bicara dan berteriak. Sejak ranting di pohon cemara sampai kucing yang tadinya tidur di bawah meja. Ada apa?

Mereka panik melihat sebentuk mahluk bernama cinta yang merah menyala mulai merayap menyelidiki setiap sudut ruang dan waktu bernama:

K I T A

Mereka ketakutan. Demikian takutnya sampai kulihat gorden di ruang tamu yang bergetaran disangkut tangan seseorang yang sedang bersembunyi di belakang sana. Ah. Kenapa?

Apa mereka kira kita akan melompat kedalam api, membakar diri kita sampai mati dan tak peduli pada rasa sakit yang mungkin kita hadapi?

Kita memang butuh ruang, butuh waktu, maka biarkanlah semuanya berlangsung seperti itu. Tumbuh, berkembang, menunggu tunas bermekaran. Tak ada yang mugkin instan!

Partitur di tebar, konser digelar. Ini sebuah kolaborasi akbar! Dengan ketukan yang teratur maka terciptalah alur. Symphony. Di panggung kecil itu kita kan menari!

(BuRuLi, LeBul: 07.04.2004)
Mari kita memaki! Dan jadilah kita trendy!

Sekarang musim memaki. Pohon makian telah ditanam di halaman rumah kita masing-masing. Daunnya lebat. Sekilas seperti beringin yang hijau menyejukkan. Uh!

Bau. Sebab setiap lembar daun yang jatuh mengeluarkan getah kebencian dan raungan menyakitkan pendengaran. Daftar saja semuanya: Isi got, isi celana, kebun binatang…

Kalau kau tidak memaki, kau tidak akan dikenal. Anak baik-baik selalu lebih tidak menarik. Ini kenyataan.

Nah mari kita menjadi pengikut setan. Ramaikan isi neraka. Bikin konser disana. JREENGGG!!!

-BuRuLi. Ngambek. 2003-

*Teringat tulisan lama gara-gara PEMILU, juga makianmu! Ha ha!


Eksibisionis!

: sebuah catatan kecil BuRuLi

Jangan menjadi eksibisionis! Teriak ibumu, bapakmu, kakak dan adikmu bahkan tetanggamu. Eksibisionis yang mengumbar ceria di depan orang -orang yang sedang lupa apa itu bahagia. Nanti kau dikutuki. Di sumpah-serapahi. Rasakan! Kalau kau besok tak merasakan bahagia lagi!

Idih! Kenapa, sih?

Seperti kita yang meski saatnya sedang tidak puasa hampir selalu tak bisa makan dengan tenang disaat bulan puasa. Wah. Sebenarnya kita kan tidak lantas menunjuk-nunjukkan. Kadang kita sudah duduk manis di wilayah meja makan. Memang tempatnya. Masih salah juga?

Kalau kau sedang jatuh cinta, lalu matamu berpendar ceria indah seperti bintang yang menggantung di atap surga, apa itu salah?

Kenapa jadi salah?
Dimana salahnya?

Kita tak sedang memamerkan baju baru di depan orang-orang yang tak sanggup punya baju!

Seorang kanak-kanak baru saja menyelesaikan gambar ikan mas kokinya. Warna-warni. Sangat ceria. Jangan kau bayangkan sebagai sebuah gambar sempurna sebagaimana guratan seorang dewasa. Ia hanya mengguratkan warna, kemudian meneriakkan judul “gambarnya” :

“INI GAMBAR IKAN MAS KOKI SAYA!”

Seandainya kau tak punya keberanian sebesar dia untuk memamerkan sebuah karya, maka diamlah dan duduklah manis tanpa mengganggu kebahagiaanya. Ia cuma kanak-kanak, yang selalu mudah untuk menjadi riang dengan sendirinya.

Kenapa kita tak mulai belajar turut berbahagia atas kebahagiaan orang-orang di sekitar kita? Memberi mereka doa agar kebahagiaan itu selalu ada dan semoga menular pula ke sekelilingnya.

Membayar tawa dengan tawa, pelukan dengan pelukan, tangan-tangan yang selalu bergandengan. Selamat! Selamat atas kebahagiaanmu. Maukah kau turut berdoa buatku? Agar aku bisa seberuntung kamu?

Manis sekali!

(BuRuLi, LeBul: 06.04.2004)


Surat Mimosa Kepada Matahari
(1)

Engkau sedang pergi. Tak ada kau bersinar disini, kotaku menjadi malam. Sepi. Kau sedang memenuhi janji menyinari kota yang lain sebagai pagi .Disana katamu langit demikian biru. Suatu kali barangkali aku mau tinggal disitu. Tentu kataku. Kita tinggal menunggu angin agar aku segera dapat menuju.

Aku tau, kau menyukai tugasmu. Di kota itu merekapun membutuhkan cahayamu. Demikian lama mereka telah tengadah, merindu kau demikian ruah. Maka engkau pun pamit. Beberapa jam ini kau akan pergi. Bersinar di lain belahan bumi. Dan segera kembali setelah beberapa jam lagi. Baiklah. Aku mengerti. Maka waktu itu kuucapkan padamu:
“ Selamat jalan, Matahari!” Sendirian aku mengantarmu. Di atas bukit langit demikian jingga. Kusebut sebagai senja.

(BuRuLi, LeBul: 05.04.2004)

Monday, April 05, 2004

Hari-Hari Pertama

: dari dan kepada BuRuLi

Begitulah!

Selalu begitu!

Hari-hari pertama akan selalu menampilkan tubuh gemetaran. Ha ha! Perhatikan saja dirimu baik-baik setiap kau harus menghadapi hari-hari pertamamu

:

Hari pertama kau masuk sekolah.
Hari pertama kau menjadi penjelajah.
Hari pertama kau menstruasi
Hari pertama kau mendapatkan kekasih

Hidup, setiap awalnya adalah pertanyaan. Gumpalan-gumpalan informasi yang minta diterjemahkan. Sedang apa kita?

Ya.
Sedang apa.
Mau kemana.
Kiri, kanan, lurus, berbelokan…

Kita ketakutan.

Kita semua merasakan :

Ada tikungan di depan sana. Ada jurang disisinya. Semua bisa terjun kedalamnya. Kita bisa hancur dan terbunuh semuanya. Begitulah.

Kita adalah manusia.
Cuma manusia.
Itu saja.

Kemudian kita mencoba menghadapinya. Mencoba untuk tidak asal saja mecurigai semuanya. Barangkali kemarin kita telah berbuat salah, tapi tidak hari ini. Tidak akan lagi. Ya, tidak akan lagi.

Tapi aku masih gemetar…

Kau kira mereka tidak?
SAMA SAJA!

Tidak akan mudah bagimu. Juga tidak bagi mereka. Setiap pengalaman pertama adalah menakjubkan. Dan akan menjadi kenangan. Benar bukan?

Tuhan sayang,
Beri aku keberanian…

Tap! Tap! Tap!

Aku mendengar langkahku. Kakiku. Menderak lantai kayu yang tertabuh hentakan sepatu.

Tap! Tap! Tap!

Aku harus melangkah. Harus! Jangan takut lagi! Jangan ragu lagi!

Tap! Tap! Tap!

Kamu bisa, sayang!
Rayuku.
Pada diriku.

(BuRuLi, LeBul: 05.04.2004/ 03:55 am)

*My Smurf, Aku sedang berusaha tenang, berharap semuanya baik-baik saja. Berharap kau baik-baik saja. Belajar mempercayaimu dan diriku sendiri. Belajar mempercayai-Nya!

Aduh !
: Tuhan

Kok?
Dug .. Dug.. Dug…
Ada yang menjedug-jedug.
Disini,
Di dadaku.

Malam demikian pengap.
Udara begitu jauh.
Barangkali begitu…

Dug..Dug..Dug…

Tiba-tiba aku begitu ketakutan.
Ingin berlari menggedor pintu Tuhan
: O, TOLONG AKU!

Ada perasan.
Tiba-tiba menerkam.
Seperti singa!
Seperti singa!

(BuRuLi, LeBul: 05. 04. 2004/ 03:13 am)
Sajak Menunggu Kakak Di Ujung Senja
: Syam

Aku menunggu kakak di ujung senja. Senja yang kubuat sendiri. Kujinggai saja langit biru pagi!. Supaya cepat berlalu hari. Hari ini, esok, lusa… segeralah berlari!

Aku menunggu kakak di ujung senja. Kata kawanku: Hati-hati! Nanti masuk angin. Jangan khawatir, sudah kukenakan jaket dan topi. Juga ada secangkir kopi.

Aku menunggu kakak di ujung senja. Menunggu bersama sekantung gula-gula yang engkau suka. Hei! jangan lupa gosok gigimu nanti, ya?!

Aku menunggu kakak di ujung senja. Melipat kapal kertas seperti yang kubaca dalam cerita. Di dalamnya juga kutuliskan surat, lalu kuterbanglayangkan ke Sumatera.

Wush!
Disini tadi sempat badai…
Akankah sampai?

(BuRuLi: LeBul: 4 April 2004)

Thursday, April 01, 2004

Sajak Puteri Malu Menunggu
: Chan

Merunduklah puteri malu
Ada sesuatu menyentuh rindu
Mengkristal ia gigil membeku
Ups!
Kau tertusuk duriku?

(BuRuLi, Blok M: 20 Maret 2004)


Kepada Pohon Apelku
: Mei

Ijinkanlah aku untuk selalu bermanja padamu , pada dahan-dahanmu kutemukan madu!

Peluk Sayang Selalu!
Pooh
(Lebul, 1 April 2004)


Maret

Akhir Maret
Surya kembali bercahya lagi
bahkan ia bekerja lebih lama

Burung2 bernyanyi sejak subuh
menarik perhatian sang jantan
ato kebalikan
beberapa burung jantan
bernyanyi untuk menarik burung betina

Ah sudahlah buat apa membedakan jantan dan betina
masing2 membutuhkan pasangan hidup
ato sekedar perkawinan

bercengkrama di bulan Maret
bersenggama di bulan April
bertelur di bulan Mei
Menetas di bulan Juni
Merawat anak2 di bulan Juli
Belajar terbang di bulan Agustus
Mulai mencari makan sendiri di bulan September
Dan selesailah tugas dua sejoli (terkadang hanya ibu) burung tadi pada awal
musim dingin

Dan selanjutnya tidur panjang pada musim dingin
menunggu musim berahi selanjutnya
Begitu kata Profesor pakar Burung

Ah Tapi itu kan burung......

Tentunya primata lebih rumit ya kan

Ah tapi sama saja
Maret tetap Maret
musim berahi dimulai.........

Bukan sekedar nyanyi "if my life is for rent"
tapi hanya menikmati mentari di akhir Maret

Bejo

Selamat buat mbak Pulung smoga segala rencananya berjalan lancar........Amiiiin....Amiiin.......( salam kenal dari Chan, Jo!)
(April 2004)