Tuesday, February 24, 2004

Bahaya Gigitan Kampret
: guys!

Kampret dapat menyebarkan kegembiraan
Kegilaan
kemudian ketagihan!

(BuRuLi, LeBul: 23.02.2004)



Episode Yang Sudah Selesai
: Casper 2001

Pernah engkau temukan aku dalam sebuah keranjang sayuran. Bersama tomat, kelapa, wortel dan bayam. Katamu:

“ Perempuan! Berenanglah engkau dalam santan. Untuk sarapan pagi. Atau ganjal perut dini hari.”

Aku tertawa. O, ya? Apa kau akan suka? Tidak percaya! Kupikir akan percuma saja.

Kau diam. Kelelahan. Ingatanmu melayang pada ayam dan daging untuk rendang. Kau hampir lupa membelinya.

(BuRuLi, LeBul: 23.02.2004)



Monday, February 23, 2004

Aku dan Tuhan

Aku dan Tuhan. Diam-diam berkenalan. Ia memanggilku. Aku mendengarnya. Suaranya lucu. Aku tertawa. Ia gembira.

Ia melambai. Aku melambai. Ia mengangguk. Aku mengangguk. Tuhanku mengedipkan mata. Aku tidak bisa. Aku kembali tertawa. Ia bahagia.

Tuhanku melirik. Tanganku ditarik. Sini! Katanya. Kesini lebih dekat lagi kalau kau ingin Kuajari. Aku menegang! Kupingku jadi panjang. Sebab aku sering tidak mendengarkan.

Aku dan Tuhan berpandangan. Itulah! Kata-Nya! kau rugi sendiri, karena tak juga mengerti!

Aku dan Tuhan bersebelahan. Aku diam. Dia tidak. Masih dibisikkan-Nya kepadaku. Ke dalam telingaku. Sesuatu. Masuk ke hatiku. Nyungsep disitu. Katanya:

"Sudahlah. Aku selalu ada. Kau tau kan Aku dimana?"

Ah. Aku jadi malu. Tuhan bilang seperti itu.

(BuRuLi, LeBul: 22.02.2004)
Aku dan Piglet
: rww

Lalu kitapun tertawa. Ngakak. Perut jadi kaku. Luka terasa lucu. Sebab cerita kita mengalir. Begitu saja. Kita liarkan meraka. Ceburkan ke dalam kolam. Biar jadi santapan ikan!

“Aku” katamu, “Aku adalah piglet… dan kau adalah Pooh. Di kepalamu yang bebal ceritaku jadi membal.”

Ha ha ha!

Aku tertawa. Kau tertawa. Ngakak. Sampai suara kita terdengar serak. Mata kita segaris, bibir kita meringis. “ Kau” katamu, “Kau adalah Pooh…Beruang madu itu… Maka tampunglah ceritaku! Biarkan melebah! Biarkan mewabah! Biarkan saja!”

Lalu kitapun tertawa. Sambil menyusut airmata.

(BuRuLi, LeBul: 22.02.2004)




Titip Surat Lewat Randu! Surat Buat Para Hantu!
:kalian!

Ndu!
Dadaku ngilu.
Rindu kerumunan hantu.
Rindu cerita-cerita itu.
Rindu kau.
Gilamu.
Perempuan yang kebakaran selalu.
Sajakmu.
Lagumu.
Gitar maut itu.

Jazz di malam hari.
Cecil Mariani.

Duh!
Aku rindu rukuku Paman Idamku.
Arwan dan pijatan mujarabnya.
Agung dan celotehan parahnya.

Rindu Mas Pinang dan dongeng malamnya, Ompit dan petualangannya, Ninus lucu dan Yulie Si Pemalu.

Dimana Nanang?
Diamana Aang?
Dimana Sam, Mbak Nonny Indah dan semuanya?
Dimas dan semua lagu yang tak juga ketemu nadanya?

Aku rindu Mahdi, yang menginap semalam dan demam tinggi. Bleem yang tak berhenti menasihati. Thanding Sari yang tak pernah mati. Onoy dan Momoy yang pernah mampir pada suatu hari…

Paman Njibs, Visnu dan tentang catatan sekilas waktu.

Aku rindu malam-malam itu.
Pembacaan-pembacaan puisi itu
Bang Saut dan puisi jembut
Sihar yang gahar
Katrin yang besar

Aku rindu, Randu!
Rindu sampai ngilu
Suasana Rumah Hantu…

· Hampir lupa satu nama: Qizink la Aziva!

(BuRuLi, LeBul: 22.02.2004)


Sunday, February 22, 2004

Riangkan Hatimu Sejenak, Diriku Sayang!

Maka pejamkanlah matamu, diriku sayang. Sebutkan Tuhan dalam dadamu yang hampa.

"Tuhan!"

Sebutkan saja namanya!

Ia akan mengerti.
Ia selalu mengerti.
Bahasamu.
Bahasa bisu jiwamu.

Basahi dada-Nya!
Basahi dada-Nya!

(Ia datang, menepuk pundakmu, memelukmu. Diam. Diam membawamu kepada-Nya. Tenang. Demikianlah. Asal kau percaya)

(BuRuLi, LeBul:21.02.2004)

Thursday, February 19, 2004

Mari balajar berpikir positip.
Positip tapi sakit.
Positip tapi luka.

Pasti ada makna dalam semua peristiwa, kan?

-Hueks!-


*Sungguh susah bicara dengan orang dewasa...
-pangeran kecil-
YUP!

Aku nggak akan nangis, kok!
Nggak sekarang.
Nggak! Nggak! Nggak!
Nggak buatmu nggak buatku.
Nggak hari ini.
Setidaknya bukan sekarang.
Nggak disini dan nggak hari ini!
Nggak lah.

Lebih baik memikirkan kemungkinan menanam benih kelapa sawit di bulan. Lumayan, kan?

Ha ha.

Hiks.

(Padahal aku sampai nggak bisa ngebedain lagi mana iler mana airmata basi. Baunya sama. Bentuknya sama. Sama-sama bikin busuk bantal kita. )

Hiks.

Ha! Ha!

(Flai mi tu de mun… ame bejo ame mumun…)

(BuRuLi, LeBul: 19.02.2004)



Sebagai kaca meretak jiwa
: MIS

Berusaha memahamimu.
Diam aku memeluk lukaku.
Sendiri.

Akulah perempuan bodoh itu.
Mengaca pada batu.
Mencintai seonggok ragu.

Diam.
Diamkanlah aku.
Supaya aku tak lupa nikmatnya hening.
Supaya aku tak takut kembali membening.

Cair!
Cairlah engkau hati membeku.
Kembalilah jadi embun.
Memerciklah engkau seperti dulu.

Ya.
Diamkanlah aku.
Supaya aku ingat bersyukur.
Bahwa pernah diberi umur.

" Yang sebentar itu.
Bersamamu"

(Menangis. Menatap langit. Diantara yang berjuta itu aku adalah satu. Tapi dia adalah kejora. Dan aku bukan apa-apa.)

(BuRuLi, LeBul: 18.02.2004)

Tuesday, February 17, 2004

Foto Mantanmu

Foto mantanmu nyengir. Ramah kepadaku. Aku serba salah. Mau marah atau tidak? Mau marah gengsi. Dia datang pertamakali. Aku adalah tamu. Bagitulah aku di dadamu.

Foto mantanmu matanya tajam. Mau apa kau dengan dia?! Begitu kira-kira pertanyaannya. Aku harus menjawab apa?. Mau mancoba kemungkinan. Bagi diriku sendiri. Setelah dia gagal denganmu? WAKS!

G I L A !

Pasti. Aku sudah gila. Duduk manis disini. Bersama foto mantanmu. Bercakap-cakap tentangmu. Membayangkan berbagai kemungkinan. Seandainya dia masih bersamamu. Lalu?

Foto mantanmu nyengir. Ramah kepadaku. Matanya bening. Bening bercerita. Tentang telaga. Yang dulu di arunginya. Berdua. Denganmu.

Foto mantanmu nyengir. Ramah kepadaku. Matanya bening. Mataku dingin. Basah disitu.

-BuRuLi, LeBul: 17. 02. 2004-


SAKIT

Kenyataannya aku harus belajar berdamai dengan noda darah pada kain tempat aku mulai lagi belajar menyulam.

Seperti tempe yang menggantikan keju pada lipatan keping rotimu. Enak. Tapi bukan pilihan pertama.

Aku ini seperti jagung kepada padi. Kau akan selalu membutuhkan nasi, bukan? Laparmu takkan pernah terpenuhi.

Olehku.

-BuRuLi, LeBul: 17.02.2004-

Monday, February 09, 2004

Apa Maksudmu, Perahu Kayu ?!


Apa kau siap berlayar?

Kau melambai menawarkan kamar. Menawarkan mimpi. Menawarkan cerita musim semi dan selimut hangat di malam hari.

Apa kau siap berlayar?

Kau tidak lengkap. Alat Navigasimu kacau. Kau bahkan tak punya kompas. Arahmu tak jelas. Dalam pelayaran percobaan kemarin aku ketakutan. Hendak kemana kita?

Aku sempat diam. Diam memikirkanmu. Sebuah kamar demikian merayu. Aku lelah. Ingin menitipkan diri. Ingin berbaring. Disini. Disini.

Lalu aku tertidur. Sejenak. Menikmati ayunmu. Nina bobo nan merdu. Aku mimpi indah. Terlalu indah. Sampai pada waktunya. Aku terbangun. Teringat tanya: “ Hendak kemana kita…? “

Apa kau siap berlayar?

(BuRuLi, LeBul: 09 Feb 2004)
Membaca Memang Berbahaya!

Itu benar. Bahwa kita bisa jatuh cinta setengah mati pada figur yang tak kita kenal hanya karena satu kata: MEMBACA

Setelah kita membaca tulisannya, lantas merasakan getar dalam dada.

Sial.
Ha ha.
DENDAM

Ada sebuah bara. Membuatnya jadi tenaga luar biasa. Aku harus bisa! Aku harus bisa!

A k u t a u a k u b i s a !

Tinggal tunggu waktu. Kau lihatlah.

K a u!

L I H A T L A H O L E H M U!

Nanti.
Nanti. Pada suatu hari.

Sunday, February 08, 2004

AKU LELAH!


Aku merasakan lelah.
Lelah sejati.
Lelah berlari maupun berhenti.
YANG TERJADI HARI INI ADALAH

Gumpalan hormon yang mengamuk minta didengarkan. Berusaha mempercayai perasaan yang tak bisa lagi dipercayai. Berusaha memintal agar waktu menjadi sedemikian berarti.

Berusaha bertanggungjawab, memaafkan dan jujur kepada diri sendiri.

Berusaha untuk tidak menyesali.

Berusaha untuk mengerti: Apa Yang Telah Terjadi Hari Ini.

(Kepada diriku sendiri: KAU HARUS LEBIH BANYAK BELAJAR LAGI!)